Selamat Paskah
Hari ini Paskah. Selamat Paskah buat kalian yang merayakannya hari
ini. Tahun ini, Hari Raya Paskah berbeda dari biasanya. Itu lantaran,
tahun ini Mel Gibson meluncurkan film yang bercerita tentang 12 jam
terakhir kehidupan Yesus dalam The Passion of The Chist. Begitu filem ini rilis, langsung menjadi filem box office. Malah mengalahkan Lord of the Ring yang beberapa waktu sebelumnya berjaya di ajang Oscar.
Di Amerika sendiri, filem ini memancing pro dan kontra. Yang pertama
adalah karena filem ini ‘berisi darah’ yang sebenar-benarnya. Maksudnya,
lebih setengah dari dua jam filem ini diputar secara terus menerus
mempertontonkan bagaimana penyiksaan yang diterima oleh tokoh utamanya.
Yang kedua adalah, masalah klasik buat bangsa Amerika. Apalagi kalo
bukan soal Bangsa Yahudi.
Dalam skala lebih kecil, aku juga menemukan pro dan kontra. Ini
terjadi dalam satu milis yang aku ikuti. Tergoda dengan kesuksesan filem
ini di luar negeri, banyak yang ingin menontonnya. Sayangnya filem ini
secara resmi belum masuk negeri ini. Yang ada hanyalah VCD dan DVD
bajakannya. Inilah yang mengundang Pro-Kon. Miliser [peserta milis] yang
kepengen menonton, taku berdosa kalau menonton bajakan. Sebagian lagi
menyarankan, kalau memang kepengen banget nonton, ya tonton saja apa
yang ada.
Sampai satu saat salah satu miliser mengutip ucapan tokoh utama filem
itu. Sebagaimana ditulis dalam Alkitab, konon ada seorang pelacur
bernama Maria Magdalena yang akan dihukum dengan dirajam [dilempari batu
hingga mati] dan diketahui oleh Yesus. Kepada para perajam itu Yesus
hanya berkata, “Barang siapa yang tidak berdosa hendaklah dia yang melempar batu pertama kali“. Mendengar ucapan ini, semua yang telah bersiap dengan batu di tangan, berbalik meninggalkan sang pelacur.
Selain soal Pro-Kon itu, ada yang bikin aku penasaran seminggu ini. Goenawan Mohammad dalam Catatan Pinggir di Majalah Tempo
minggu lalu mengangkat soal filem ini. Aku gak tau secara persis tujuan
dari kolom tersebut. Aku gak bisa sepenuhnya memahaminya meski
berkali-kali berusaha membaca kalimat penutupnya. Aku juga gak tau
apakah ini disebabkan kurangnya pemahaman aku soal sastra. Mudah-mudahan
GM [demikian penulisnya biasa disapa] memang bersikap netral. Atau ada yang bisa menerangkan maksud sebenarnya dari kalimat-kalimat yang aku kutip ini ?.
The Passion of the Christ
sedikit sekali mengantar kita kepada cerita lain dari Yesus : bagaimana
laku yang begitu menggugah, yang dirumuskan dengan satu kata, “Cinta”,
lebih besar ketimbang “Sakit”.